Cerita pertama
Saya sedang tidak enak badan, tapi kepengen makan pisang goreng. Saya menyampaikan ke Pap Nay keinginan itu.
"Mau digorengkan maksudnya?"
"Iya" jawabku malu-malu.
"Dimana-mana orang sakit itu ya istirahat, ini kok minta makan mulu"
Hahaha. Iya ya.
Mulailah beliau sibuk di dapur sambil ngobrol dengan kakak Naylah.
Adek Ayyan berdiri di pintu dapur saat Pap Nay berseru...
"Pisang goreng sudah hampir jadi, Adek pergi tidur sana"
Adek menoleh padaku "Apa maksudnya? saya tidak dibiarkan makan pisang goreng?"
Lalu dia masuk ke kamar dengan muka manyun. Saya dan Pap Nay terbahak.
Pap Nay masuk kamar membujuknya "Bapak tadi bercanda, ayo makan pisang goreng, ada meisesnya enak sekali...bla...bla"
Dia lalu menggendong Adek Ayyan keluar kamar untuk bergabung dengan kami.
Pic source : Pixabay.com |
Cerita Kedua
Karena Kakak Naylah dan teman-teman sekolah akan outing di PLTB Sidrap, dia butuh snack lebih. Kakak berencana membeli Nutrigel untuk dibuat puding. Jadi malam sebelumnya Pap Nay menemani para bocah ke Ind*maret untuk membeli keperluan masak-masaknya kakak. Seperti biasa barang yang dibawa pulang selalu lebih banyak dari tujuan utama. Nutrigel satu bungkus doang, sisanya wafer yang pake cocolan cokelat stroberi 2 buah, Oreo ukuran besar 1 buah.
Sesampai di rumah, Kakak sudah melarang Adeknya langsung makan cemilan itu, dia menyarankannya disimpan untuk bekal mereka besok. Adek menolak. Dan akhirnya mereka berdua menikmati wafer stiknya, sambil sesekali emaknya ikut mencicipi juga :D
Tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan angka 21.00 wita. Kakak Naylah khawatir terlambat bangun kalau harus masak lagi. Jadi dia memutuskan tidak jadi membuat puding. Menurut kakak, bekal Oreo yang ukuran besar itu sudah cukup.
Keesokan harinya...
Pagi ini terasa indah, semalam saya tidur nyenyak, saya bangun dengan perasaan segar. Badan terasa bugar. Anak-anak mudah dibangunkan. Setelah sholat subuh bersama, mereka segera mandi. Saya memanaskan nasi dan menggoreng nugget untuk sarapan mereka berdua, sekalian untuk lauk bekal makan siang. Saya sadar belum menyetrika pakaian pramuka mereka ahad kemarin ketika Kakak Naylah mencari bajunya. Untungnya pagi ini Pap Nay sedang menyetrika, jadi sekalian saya ikutkan seragam anak-anak untuk diselesaikan.
Kakak Naylah dan Adek Ayyan mulai sarapan ketika saya teringat di kulkas masih ada kerupuk ikan. Cemilan asal Samarinda itu saya beli di Toko Sinar Terang kemarin. Saya lalu tambahkan di lunch box anak-anak dan di piring mereka. Adek mencoba sebiji, tapi langsung meringis kepedisan. Padahal menurut saya dan Kakak Naylah rasanya gurih, tidak ada cabenya sama sekali. Adek lalu protes tidak mau kalau kerupuk itu ada di bekal makan siangnya.
"Ma, saya bawa ini?" Adek menunjuk Oreo.
"Bukan, itu untuk Kakak bawa outing" jawabku sambil membereskan bekas sarapan mereka.
"Nanti Adek bawa kerupuk saja ya" saya goda dia sambil tersenyum.
Adek langsung berwajah sedih, matanya berkaca-kaca.
"Astaga Dek, Mama cuma bercanda!"
"Saya tidak suka, kenapa Mama selalu bercanda!!!" protesnya.
Air matanya tambah banyak, sedikit lagi tumpah.
"Iya, nanti Bapak singgah belikan Adek kue"
Saya kira sudah selesai sampai disitu. Kakak Naylah pamit, mencium tanganku dan memelukku.
"Dek, ayo salim Mama!"
"Tidak mau, saya tidak sayang Mama, Mama suka bercanda sama Adek!!"
Adek pergi, menoleh pun dia ogah, saudara-saudara!
***
Ya ampun, betul diskusi saya dan Pap Nay kemarin sebelum tidur. Adek Ayyan tidak suka bercanda. Saya ingat guru Taman Kanak-kanaknya pernah cerita, Adek langsung menangis kencang kalau diejek temannya dengan sebutan keriting. Memang waktu TK, saya sengaja tidak mencukur rambut Adek. Karena panjang, rambutnya menjadi agak ikal, bukan keriting. Saya bilang ke dia, malah bagus, rambut Adek seperti punya Nabi Muhammad.
Dia zero tolerance dengan namanya ejekan. Padahal dia tipe anak yang mudah bergaul. Dia hobi main karate-karatean dengan sepantarannya. Jatuh atau terluka tidak masalah, Adek tidak akan menangis. Tapi kalau mulai diejek, barulah dia tidak terima.
Saya sudah beberapa kali menjelaskan, kalau dalam pertemanan itu ada namanya bercanda. Tapi mungkin pemikirannya belum menjangkau itu. Saya bilang ke Pap Nay, barangkali ini sifat turunan dari dia. Selera lucu Pap Nay berbeda. Kadang kala, saya dan teman-teman sudah tertawa keras dengan sebuah joke, dia malah heran lucunya dimana. Giliran dia membaca sebuah artikel yang menurut saya biasa-biasa saja, dia malah tertawa terbahak-bahak. Wallahuallam
0 komentar:
Posting Komentar
Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis