Saya baru saja selesai mandi pagi. Tiba-tiba Asma datang tergopoh-gopoh. Dia mengabarkan kalau mau "istirahat dulu".
Itu adalah salah satu istilah yang digunakan asisten rumah tangga jika minta berhenti. Asma memilih kalimat itu, disertai alasan bahwa anaknya butuh didampingi. Putra sulungnya, menjadi kurang terkontrol, malas ngaji, dan hobi keluyuran bersama teman-temannya. Sebagai ibu, dia merasa gagal. Jadi dia ingin mencari kerjaan yang lebih fleksibel, agar bisa memantau putranya itu. Saya memaklumi.
Pic source : Pixabay.com |
Hanya saja saya merasa sayang. Asma sudah bersama kami selama kurang lebih dua tahun. Anak-anak dekat dengan dia, jarang main HP jika sedang bekerja, perhatian, santun, dan masih banyak lagi nilai plusnya. Kami sudah menganggapnya bagian dari keluarga.
Saya bahkan menawarkan kios untuk dia kelola dan tinggal gratis di situ. Dari pada bayar lagi sewa kosan, pikirku. Tapi Asma menolak, disertai dengan kalimat bahwa saya boleh menelponnya kapan-kapan kalau saya butuh.
Saya sangat terbantu selama kurun waktu dua tahun ini. Anak-anak bersih dan rapih. Tidak pernah kelaparan. Karena Asma sangat memperhatikan mereka. Dia dan anak-anak juga terlihat sering ngobrol seru. Jika Asma pamit pulang, Rayyan selalu bersikeras mengantar sampai di pinggir jalan.
Seperti yang pernah saya singgung di sini , tahun 2017-2019, saya sangat sering keluar kota. Hampir tiap pekan ada saja undangan. Tanpa Asma, apalah dayaku. Anak-anak pasti terlantar. Tak berlebihan rasanya, jika kami merasa kehilangan.
Tahun ini, kesibukan saya jauh berkurang. Undangan keluar kota masih ada, tapi paling sebulan sekali. Itupun tidak sampai harus pergi berhari-hari. Saya hampir selalu ada di rumah di sore dan malam hari.
Ketika Asma resign, saya menghibur diri "Ah, kalau cuma urusan rumah tangga sehari-hari, cincailah...saya pasti bisa"
Rupanya...oh rupanya....Berat bo'!!!
Pekan pertama...
Pagi hari dimulai pukul 06.00, saya menyiapkan sarapan. Menu sederhana: nasi goreng dan telur dadar. Anak-anak berangkat sekolah sebelum pukul 07.00. Pap Nay juga pergi apel pagi. Saya masak lagi untuk menu siang. Lalu bersihkan dapur termasuk cuci piring dan ngepel lantai dapur.
Itu saja sudah menghabiskan waktu sampai dua jam. Saya kemudian bergegas mandi dan siap-siap berangkat ke kantor. Pap Nay bertugas mengantar saya sekaligus membawakan Rayyan dan Naylah bekal siangnya.
Pulang kantor, saya menyapu dan membersihkan teras. Burung merpati peliharaan kami, kadang datang pula manjanya, ngedong di atas mesin AC di teras dan buang kotoran di sana. Kalau sudah begini, bukan lagi harus ngepel, tapi disiram pakai air yang banyak, lalu dikeringkan.
Saya harus bergerak cepat, karena sebentar lagi santri-santri KQS Ar Rayyan akan datang. Mereka ngaji dan menghapal Al quran 3 kali sepekan (Senin-Rabu). Khusus hari itu, saya usahakan ruang tengah dan teras tempat mereka belajar harus bersih.
Bada' magrib, saya gunakan mencuci baju. Ini sih santai. Karena pakai mesin, tinggal masukkan baju kotor ke dalamnya dan tunggu. Kadang saya minta Naylah bolak-balik mengecek cucian.
Untuk urusan makan malam, kami beli di luar atau Pap Nay yang goreng ikan. Karena saya sudah terkapar, bernafas jadi sulit, dan super lemes, saya sampai khawatir akan berdampak pada kandungan. Oh ya, untunglah Asma mengundurkan diri pada bulan keempat saya hamil. Saya tidak bisa membayangkan jika masih di periode trisemester pertama.
Pekan kedua....
Kami mulai berbagi tugas:
Saya merapikan tempat tidur, memasak, nyetrika.
Kakak Naylah mencuci piring dan beres-beres buku atau mainan yang berantakan.
Pap Nay buang sampah, membersihkan halaman, sikat kamar mandi, nyapu lantai dan ngepel. Adek kebagian tugas membantu kakak beres-beres.
Rasanya senang dan takjub, Naylah sangat pandai mencuci piring. Peralatan makan bersih dan tidak berminyak. Setelah selesai, lantai dia sikat, tak ada sisa-sisa sampah yang berserakan atau nyangkut.
Kakak juga terlihat ikhlas membantu. Jika melihat Bapaknya yang mencuci piring, dia minta mengambil alih. Duhai anak mama, benar-benar sudah gadis.
Akhir pekan kemarin, puncak dari perjuangan. Saya menyetrika pakaian yang ditumpuk selama dua pekan. Mulai dari baju seragam sekolah, daster, sampai celana dalam saya setrika. Tumpukannya nya sekitar 3 keranjang. Star pagi, kelarnya menjelang dzuhur :(
Dari semua pekerjaan rumah tangga, sepertinya urusan sertrika ini yang tidak bisa saya handle. Selain karena dari seluruh jenis pekerjaan rumah tangga, inilah yang paling saya benci, juga karena menghabiskan banyak waktu. Lebih baik cari orang untuk nyetrika atau bawa ke laundry. Akhir pekan bolehlah kita leyeh-leyeh atau rekreasi di luar.
Mungkin yah...karena baru dua pekan, masih terasa beratnya tanpa ART. Semoga besok-besok menemukan ritme beres-beres yang lebih mudah dan efisien. Doakan ya.
0 komentar:
Posting Komentar
Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis