Pernahkah kamu mengalami perjalanan singkat dan melelahkan?
Saya mengalaminya baru-baru ini, yakni perjalanan ke Bogor hanya dalam waktu dua hari! ini bukan keberangkatan saja ya, tapi pulang pergi.
Rute perjalanan saya begini:
Tgl 22 Desember 2019:
Parepare-Makassar : 3 jam
Makassar - Jakarta : 2 jam
Jakarta- Bogor : 3 jam
Tgl 23 Desember 2019:
Bogor - Jakarta : 2 jam
Jakarta - Makassar : 2 jam
Itu belum termasuk waktu antri dan menunggu di bandara lho.
Dan hebatnya lagi, saya dalam kondisi hamil 13 pekan :(
whuuaaa kebayang kan lelahnya.
Apa saja yang saya lakukan di Bogor?
Selama perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Hotel Arch Bogor saya tertidur. Sempat beberapa kali terbangun melihat situasi. Sepanjang mata memandang ke depan, hanya deretan kendaraan yang lajunya lambat. Maklum, kami ke Bogor di akhir pekan, pas pula kena liburan yang agak panjang, karena bertepatan dengan natal di awal pekan.
Hujan rintik-rintik, suhu di mobil dingin. Saya kembali tidur. Suara teman seperjalanan asyik bercerita satu sama lain, tidak menghalangi mata ini terpejam.
Kami tiba di Hotel Arch tepat waktu. Setelah berbenah di rest room, bedakan dan memakai lipstik, kami masuk ruangan menemui panitia dan menunaikan kewajiban sebagaimana tertulis di undangan.
Kawan-kawan yang sudah berangkat sejak kemarin, rupanya menginap di sebuah wisma. Mendengar cerita mereka kalau di sekitar wisma banyak tempat makan, saya pun memutuskan tidur di sana. Lagipula walaupun tempatnya mungkin sederhana, tapi ramai-ramai selalu lebih asyik daripada sendirian di hotel mewah sekalipun, ya kan?
Sebelum ke Wisma, kami sempatkan mampir ke pusat perbelanjaan tas kulit, aduh saya lupa namanya. Muter-muter di sini, saya puyeng melihat harga tasnya gaes :D
memang ya kualitas dan harga berbanding lurus.
Baca juga Suatu Siang di Diana Water Park
Sebelum ke Wisma, kami sempatkan mampir ke pusat perbelanjaan tas kulit, aduh saya lupa namanya. Muter-muter di sini, saya puyeng melihat harga tasnya gaes :D
memang ya kualitas dan harga berbanding lurus.
Baca juga Suatu Siang di Diana Water Park
Matahari hampir terbenam saat kami tiba di wisma, letaknya pas di samping cafe Doea Tjangkir di jalan Sawojajar. Bangunannya lawas, perabotnya juga demikian, tapi suasana asri. Di depan kamar terdapat tanaman hijau dan aneka bunga tumbuh subur. Beberapa bule terlihat lalu lalang di wisma ini. Mereka mengangguk ramah setiap kami bertemu.
Saya sekamar berdua dengan Nelly yang juga kelihatan lelah. Dia memesan tukang pijat via Go Massage. Saya memutuskan keluar mencari makanan. Sampai di teras, rupanya beberapa teman juga kelaparan. Kami mengisi kampung tengah di sari laut dekat wisma. Daaaan rahang dan gigi saya bekerja sangat keras, bebek goreng yang saya pesan sangaaaatttt alot. Kami tertawa bersama, betapa kacaunya makan malam ini. Butiran-butiran nasi meninggalkan piring akibat demikian hebatnya pergumulan kami dan bebek goreng tersebut.
Bebek goreng super kuat, sudah dibantu iris pakai pisau, masih saja membuat gigi bekerja keras |
Penjual buah tempat saya membeli salak Bogor |
Kami kembali ke wisma, bukannya masuk kamar, malah tinggal berjam-jam di teras ngobrol sambil ngemil buah. Oh ya, buah di Bogor manis-manis ya, salaknya apalagi. Tadi, rombongan kami singgah beli manggis, mangga dan salak yang kebetulan bersebelahan dengan warung tempat kami makan.
Tak terasa berjam-jam kami ngobrol, rasa lelah yang tadi sempat menghilang datang kembali, sebuah signal bahwa kami butuh istirahat.
Rupanya, sepanjang jalan Sawojajar dijadikan pasar di pagi hari. Aneka sayuran ada di sini, buat teman-teman saya yang pecinta jengkol, ini adalah anugerah, karena harga jengkol jauh lebih murah dibandingkan di daerah kami. Mereka memborong sayur fenomenal tersebut untuk dibawa pulang. Saya yang suka buah, memilih membeli salak 10 kg sebagai oleh-oleh.
Usai belanja di pasar, salah seorang teman mengajak ke Donatello di Jln. Raya Padjajaran. Ternyata kami datang kepagian, toko baru dibuka pukul 09.00. Ketika kami tiba, para karyawan masih berbenah, meeting pagi, sehingga beberapa saat kami belanja tanpa didampingi satupun pekerja di situ. Saya membeli dua pasang sepatu, satu buat Pap Nay, satunya lagi buat diri sendiri.
Eh, ternyata di depan toko Donatello, ada toko Chocomory dengan patung sapi yang melambai-lambai menyambut pengunjung. Aneka macam produk cokelat ada di sini. Awalnya saya sempat khawatir produk mereka tidak halal karena tidak ada label halal MUI di kemasan, setelah kroscek dengan pelayannya, mereka bilang punya sertifikat halal dan siap memperlihatkan kepada kami.
Kelar menemani teman-teman belanja oleh-oleh, kami naik grab ke wisma, berkemas menuju terminal bus Damri yang letaknya dekat Botani Square untuk berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Makan siang pun hanya sempat di terminal, itupun setengah batagornya saya bungkus karena tidak mampu saya habiskan sekaligus. Tarif bus ke bandara Rp.75.000/orang, dibandingkan ongkos Grab yang mencapai setengah juta rupiah, naik bus lebih ramah di kantong.
Kelar menemani teman-teman belanja oleh-oleh, kami naik grab ke wisma, berkemas menuju terminal bus Damri yang letaknya dekat Botani Square untuk berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Makan siang pun hanya sempat di terminal, itupun setengah batagornya saya bungkus karena tidak mampu saya habiskan sekaligus. Tarif bus ke bandara Rp.75.000/orang, dibandingkan ongkos Grab yang mencapai setengah juta rupiah, naik bus lebih ramah di kantong.
Demikianlah, perjalanan saya ke Bogor dengan durasi dua hari pulang pergi. Tiba di rumah, badan terasa mau remuk, punggung kaku...pokoknya mendadak payah. Setelah dipijat Asma, barulah terasa mendingan.
Kapokkah ke Bogor? tentu tidak, semakin pengen pergi suatu saat dengan waktu yang lebih santai dan longgar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis