Pada suatu siang di lorong kamar radiologi…
Seorang gadis kecil duduk di tepi ranjang, ditemani bapak ibunya. Mereka terlihat gelisah.
“Anak saya mau di MRI juga, biar suami ibu duluan, soalnya dia tidak tenang” kata si Bapak memulai pembicaraan.
Saat itu saya sedang mengantar Pap Nay memeriksakan pinggangnya yang terasa tidak normal, dia khawatir terkena penyakit syaraf terjepit. MRI (Magnetic resonance imaging) adalah proses pemeriksaan yang harus dia jalani untuk memastikan apakah ada yang tidak normal dengan tulang belakangnya.
Proses MRI memang agak beda. Suara keras selama kurang lebih sejam akan membuat gugup siapapun yang berbaring dalam tabung, saking ributnya bahkan masih terdengar walaupun sudah memakai penutup telinga. Jadi sangat dimaklumi kalau anak si bapak tadi sampai menangis saat berada dalam ruangan MRI.
Si bapak pergi, sepertinya dia mengurus proses administrasi yang diperlukan. Saya sempat ngobrol ibunya.
“Anak saya umur 3 tahun, tapi gak bisa jalan, ini baru aja bisa ngomong dikit-dikit” katanya sambil membelai kepala bocahnya.
“Adek sakit apa bu?”
“Kelainan sejak lahir, bu”
“Memang ibu ada gejala apa waktu hamil?”
“gak ada, malah sangat sehat, gak ada ngidam, gak ada flek, bahkan tidak sulit melahirkannya”
Saya memandang iba gadis cilik di sampingnya. Dia duduk tenang di sana, menatap polos tanpa suara. Jilbab hitam hampir menutupi pandangannya, tapi tidak sekalipun dia berusaha memperbaiki posisinya. Fisiknya tampak masih berumur 2 tahun.
Sebentar lagi dia akan disuntik obat penenang. Anak yang malang.
Entah penyakit apa yang dia derita. Si Ibu menjelaskan kalau ada cairan di dalam tulang sejak lahir, bahkan tengkorak kepalanya pun tidak terbentuk sempurna. Karena kelainan itu pertumbuhan fisik jadi lambat.
Tiba-tiba saya menyadari betapa baiknya Tuhan kepada diriku. Dia amanahkan dua anak yang sempurna, baik fisik maupun mental. Mereka lincah dan sehat. Walaupun Kakak Naylah semasa balita juga sering sakit, tapi seiring waktu semakin jarang dia dirawat di rumah sakit. Alhamdulillah Adek Ayyan malah lebih baik dari kakaknya, jarang demam, lebih sering bolak-balik UGD karena kecelakaan main saja.
Baca juga Adek Dijahit lagi
Saya tidak bisa membayangkan berada di posisi ibu ini. Dia setiap saat harus kontrol, tempo-tempo harus siap tenaga dan materi demi buah hatinya bisa sehat dan normal. Mungkin ada saat dimana dia harus menahan keinginan ini itu karena harus menabung biaya berobat. Mungkin bapaknya harus berkali-kali minta cuti di kantor karena harus menemani anak ke rumah sakit. Bisa jadi suami istri ini kadang terbangun kaget di tengah malam karena anak mereka menangis kesakitan.
Seketika saya bersyukur.
#ODOPfor99days #1
#ODOPfor99days #1
Sama, saya juga kalau lihat pemandangan seperti itu rasanya ingin langsung memeluk anak lalu bersyukur
BalasHapusSama mba, kemarin tiba2 merasa sedih sudah sering marah sama anak, pdhl kalo mereka demam sj langsung sedih ya *emakbaperan
Hapusakusuka gak tega kalau lihat anak yang sakit
BalasHapusApalagi kalo anaknya sabar mba, rasanya gimana gitu liatnya
HapusBanyak-banyak bersyukur membuat kita bahagia, Insya Allah.
BalasHapusKarena apa?
Karena kita hanya akan fokus kepada semua kebaikan yang telah dan akan kita terima.
Sebab lainnya... karena ini janji Allah SWT.
"Barang siapa yang pandai bersyukur, maka akan Allah tambah nikmat kepadanya, Insya Allah"
Dan Allah takkan pernah berdusta!
Semoga sy termasuk hambaNya yang bersyukur ya mba.aminnn
HapusBaca ceritanya jadi haru mba, iya ya kita harus bersyukur anak kita selalu diberikan kesehatan dan keselamatan.
BalasHapusBenar mba Liswanti, kadang lupa bersyukur, dikasih liat pemandangan begini baru deh tercolek lg
HapusSama mba. Saya kadang juga seperti itu, harusnya terus bersyukur ya
Hapus