Dari tiga tema artikel collaborative blogging, tugas ini yang terus-menerus membayangi. Karena topiknya tentang hutang, jadinya saya merasa dihutangi artikel tanggapan terus-menerus *apasihmak
Sebelum mulai baca dulu artikel yang ditulis Mak Haeriah di sini, ulasannya tentang hutang cukup komplit, sampai bingung mau menanggapi bagaimana.
Siapa sih yang tidak pernah berhutang sekarang ini, hampir semua ya. Nenek saya sampai bilang begini “sininna lolo-lolo’e kulinoe engkamaneng inrengna” jika diartikan bebas semua manusia yang ada di muka bumi ini pernah berhutang. Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi ada benarnya juga sih, jangankan yang miskin, orang kaya saja punya hutang, walaupun konteks dan tujuannya mungkin berbeda.
Ada berbagai alasan orang berhutang, tapi jika dipersempit, maka inilah 5 K alasan orang berhutang
1. Kepepet
Ini yang paling umum terjadi. Kejadian memalukan yang pernah menimpa saya waktu masih mahasiswi. Ketika itu saya sedang naik pete-pete, ini istilah untuk mobil angkutan umum di Makassar. Ketika tiba di daerah kampus, saya baru menyadari ternyata saya lupa bawa dompet. Seandainya ada kenalan di mobil satu saja, saya bisa saja meminjam uangnya, tapi tidak ada sama sekali. Untungnya ada seorang ibu yang baik hati membayarkan ongkosnya. Di kemudian hari, saya melakukan hal serupa pada orang lain, untuk menebus hutang pada ibu baik hati yang menolong waktu itu.
Saat-saat jadi mahasiswi itulah saya sering merasakan masa-masa kepepet. Daripada kelaparan, kami sering saling pinjam meminjam uang antar teman kos, tentu saja dengan kesadaran penuh merealisasikan janji untuk segera membayarnya ketika dompet sudah terisi lagi.
Ahh..untungnya masa-masa itu sudah berlalu.
2. Kebutuhan
“Butuh” adalah alasan klasik nomer dua orang berhutang. Kebutuhan juga macam-macam, tapi yang umum adalah ada anggota keluarga yang sakit, entah itu anak, suami atau orang tua. Sebenarnya hal ini bisa diantisipasi dengan menyediakan dana cadangan khusus keadaan darurat. Tapi yah namanya musibah ya kadang datangnya beruntun, uang yang sudah disiapkan ternyata tidak mencukupi, akhirnya mencari pinjaman jadi solusi.
3. Kesempatan
Jika sudah berurusan dengan bisnis, konsep hutang piutang menjadi beda.
Istijanto dalam bukunya menjelaskan bahwa salah satu rahasia sukses Toko Tinghoa adalah berusaha agar cash flow berputar cepat sedangkan pelunasan pembelian barang modal diperlambat. Mereka berusaha agar semua stok barang segera laku. Tapi pelunasan barang dagangan diusahakan diperpanjang tempo pelunasannya agar uang bisa dipakai membeli barang jualan yang lain.
Berbicara soal kesempatan, suatu hari adik saya ditawari mobil dengan harga yang sangat murah. Karena orang yang menawarkannya butuh uang dengan segera, adik saya kemudian meminjam uang lima juta untuk menutupi kekurangan dananya. Belum juga beberapa lama, mobil itu sudah ditawar orang melebihi harga yang dia bayar.
Jika sudah menyangkut investasi, bisnis dan kesempatan yang tidak datang dua kali, berhutang bisa jadi pertimbangan tapi lakukan dengan bijak.
4. Ingin terlihat Keren
Banyak yang bilang, sebenarnya biaya hidup itu murah, yang mahal biaya gaya hidup.
Yes ini 100 % benar. Coba perhatikan, apa yang paling banyak menjadi tagihan kartu kredit? Gadget, pakaian, tas, dompet, sepatu. Semuanya untuk penampilan bukan? Bagi yang bijak mengelola pemakaian kartu kreditnya sih tidak masalah, tapi jika tidak, penggunanya akan jadi keteteran sendiri melunasi tagihan yang membesar seperti bola salju. Jangankan melunasi pokoknya, bunganya saja sulit.
Jika sudah menghadapi kondisi begini, gunting kartu kreditnya kemudian rem keinginan belanja. Setiap ketemu barang menggoda, duduk dulu tarik nafas dalam-dalam lalu tanyakan pada diri sendiri “apakah barang ini SANGAT saya butuhkan” jika tidak skip dari ingatan selamanya.
5. Kebiasaan
Jika alasan kesempatan yang terbaik, bagian terburuk dari berhutang adalah karena kebiasaan. Banyak orang terbiasa berhutang, segala sesuatu pengennya dicicil. Padahal bisa jadi dia sanggup untuk membayarnya cash.
Waktu saya cuti hamil, kan tinggal di rumah lumayan lama ya, tiga bulan. Pada waktu itu saya baru sadar kenapa tetangga-tetangga selalu menutup rapat rumahnya. Rupanya hampir tiap hari kami didatangi salesman, mulai dari sales panci, sales alas setrika, sampai alat perbaikan kompor juga ada. Jadi kita berada di rumah, tapi serasa tinggal di pasar, semuanya serba ada hahaha.
Karena saya kurang pengalaman, saya biarkan sajalah mereka masuk. Salesman kan sudah dibekali keterampilan menjual, apapun yang saya bilang untuk menolaknya bisa ditangkis oleh mereka, dan akhirnya ujung-ujungnya saya membeli. Saya ingat sempat membeli perhiasan dinding senilai tiga juta dan harus saya bayar dengan cara mengangsur. Setelah itu saya membeli lagi alas setrika senilai seratus ribu. Saya sudah bilang tidak punya uang, salesmannya ngotot menawarkan dan membolehkan saya membayar keesokan harinya. Alamak!
Karena saya kurang pengalaman, saya biarkan sajalah mereka masuk. Salesman kan sudah dibekali keterampilan menjual, apapun yang saya bilang untuk menolaknya bisa ditangkis oleh mereka, dan akhirnya ujung-ujungnya saya membeli. Saya ingat sempat membeli perhiasan dinding senilai tiga juta dan harus saya bayar dengan cara mengangsur. Setelah itu saya membeli lagi alas setrika senilai seratus ribu. Saya sudah bilang tidak punya uang, salesmannya ngotot menawarkan dan membolehkan saya membayar keesokan harinya. Alamak!
Akhirnya Pap Nay menyuruh saya menutup pintu rapat-rapat, dia khawatir istrinya terbiasa berhutang.
Kebiasaan berhutang sangat berbahaya, bukan saja kita dibebani kewajiban untuk membayarnya. Tapi juga membuat hubungan dengan si pemberi hutang jadi renggang. Saya jadi ngikik baca puisi Mak Irna di sini, segitu dalam akibatnya urusan hutang piutang ini, sampai terbit puisi menyentuh hati tentang kehilangan seorang teman.
Berhutang kepada teman atau saudara memang ada enaknya, insya Allah bebas bunga. Tapi biasanya yang berhutang jadi sensitive, niat teman mungkin hanya menyapa tapi disangka akan menangih. Makanya sering muncul joke “Kenapa lirik-lirik memang saya ada hutang?!!” Bayangkan lirikan disangka tagihan hahaha
Berhutang kepada teman atau saudara memang ada enaknya, insya Allah bebas bunga. Tapi biasanya yang berhutang jadi sensitive, niat teman mungkin hanya menyapa tapi disangka akan menangih. Makanya sering muncul joke “Kenapa lirik-lirik memang saya ada hutang?!!” Bayangkan lirikan disangka tagihan hahaha
Have a nice day kawan semoga kita bebas dari hutang.
emang yang ngeselin klo ada orang ngutang biar Keren *elus-elus dada mau gaya kok nyusahin orang hahahaa *curhat :p
BalasHapusOMG deh kalau alasannya krn pengen terlihat keren apalagi kebiasaan huhuhu.
BalasHapusBtw “sininna lolo-lolo’e kulinoe engkamaneng inrengna” bahasa mana Mak?
Iya nih penasaran kaya Mak April, bahasa mana itu Mak?
HapusBtw itu rahasia suksesnya toko Tionghoa ternyata gitu, ya. Pinter muter modal :)
Nice share, Mak :)
Bahasa bugis mak
HapusHutang, Oh hutang..
BalasHapusBener banget ya Mak, 5K ini.
Terkadang (mungkin malah sering) orang gampangin aja buat berhutang, huhuhuh. Semoga kita terhindar dari hutang yak.
Amin 1000x
HapusHadeeuh aku nih termasuk kategori sikon kepepet.udah mentok.insyallsh klo diberi rejeki byk belajar lebih baik utk tdk berhutang
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTerkadang memang kita terpaksa harus berutang. Namun jangan sampai terpaksa harus membayar utang lho karena utang itu jika tidak dibayar di dunia maka akan ditagih di akhirat.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapuskalau begini gimana mba. banyak orang saat tertentu, eh bayarin dulu deh , enatr aku ganti tapi serungkali orang itu gak bayar. kadang suak kesel nagdepin oarng kayak gini. memang gak seberapa tapi sering banget
BalasHapusNah itu masuk kategori 5 mba 'kebiasaan'
HapusAhahaha ... iya benar yang terakhir itu:
BalasHapus"Kenapa lirik2, ada hutang?"
Eh yang benar hutang atau utang ya?
*saya belum ngecek baik2 di KBBI, masih suka bingung pakai yang mana*
Kayaknya benarmi :D
Hapus