Kalau ada yang tanya, suami siapa tidak romantis? maka saya akan acungkan tangan paling tinggi, mungkin ngacungnya sambil berdiri saking semangatnya hihihi.
Coba suami mana kalau ditanya apa dia sayang atau tidak, sikapnya akan begini…
Mulutnya dibuka lebar-lebar meniru lagak orang mengantuk, lalu bergumang tidak jelas. Setelah itu dia akan berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
Kalau moodnya lagi baik dia akan tertawa sambil berkata
“lebih baik disuruh dorong mobil daripada disuruh bilang cinta”
Lebih parah lagi kalau bertanya saat suasana hatinya buruk, dia akan menjawab dengan kalimat diplomatis “Yang begini tidak perlu dipertanyakan lagi”
Alamak! Padahal maksud hati bertanya supaya dirayu-rayu.
Dia sering heran kenapa perempuan selalu mempertanyakan hal-hal yang sudah diketahuinya. Menurut dia sayangnya tidak perlu dipertanyakan, jawabannya sudah sangat jelas. Pap Nay kemudian memaparkan bukti-bukti kongkrit, akurat, dan tidak terbantahkan (kok ini jadi kayak presenter silet ya)
Jadi begitulah, percakapan soal “apakah kamu sayang aku” akhirnya berakhir dengan cekikikan bersama menertawakan ketidakahliannya merayu. Kalau tidak, saya manyun, melupakan begitu saja pertanyaan yang tak berjawab.
****
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah belajar naik motor, tapi mahirnya hanya di lapangan saja. Setiap kali mencoba di jalan raya, pasti endingnya buruk alias jatuh. Maklum saya orangnya panikan, melihat mobil dari depan, saya pikir mobil itu pasti akan menabrak, apalagi kalau yang di depan truk tiba-tiba lutut jadi gemetaran, saya jadi lupa yang mana rem, yang mana gas. Terakhir saya jatuh di selokan, padahal kondisi saat itu sedang hamil. Untung bayinya baik-baik saja. Sejak itu keinginan belajar naik motor tidak pernah muncul lagi.
Karena tidak bisa bawa kendaraan sendiri, jadinya Pap Nay yang mengantar. Pagi-pagi diantar ke kantor, siang dijemput makan, sejam kemudian diantar lagi ke kantor, sore di jemput pulang. Tidak hanya seputar urusan rumah-kantor-rumah, tapi juga urusan lain seperti ke pasar, ke toko, belanja keperluan toko, ngaji, dll semua diantar Pap Nay. Entah itu hujan atau panas, entah dia memang lagi lowong, sibuk atau sedang tidur, Pap Nay selalu mengantar *jaditerharu
Untungnya saya tipe emak rumahan, juga tidak punya banyak jadwal arisan. Untungnya lagi pekerjaan Pap Nay lebih santai, dia punya banyak waktu luang. Tambahan pula kami tinggal di kota yang tidak begitu luas, kemana-mana jaraknya dekat dan bebas macet. Jadi saya menikmati saja diantar suami.
Begitulah setiap hari, sampai suatu ketika Pap Nay mulai mengeluh karena seringkali urusannya sendiri dikesampingkan karena mengantar saya. Pap Nay menyarankan agar saya mulai belajar naik motor lagi. Saya pun setuju. Saya minta Pap Nay mulai cari-cari motor yang spesifikasinya begini : matic, tidak terlalu besar, tidak mudah oleng dan tidak terlalu mahal. Pap Nay mengiyakan.
****
Anak-anak sudah tidur saatnya pillow talk, saya dan Pap Nay ngobrol ringan seputar kegiatan hari itu. Tiba-tiba terselip percakapan ini
“Ma, si Anu mau cerai”
“Kenapa?”
“Seperti istrinya tidak butuh lagi sama dia”
Pap Nay cerita kalau si istri tidak peduli sama suaminya, dia mendiamkan si suami sudah sekian lama. Akibatnya anak-anaknya kurang terurus, si suami jadi kurus, bla..bla
Kata Pap Nay lagi, satu penyesalan terbesar si suami, dia menyesal telah mengajari istrinya naik motor. Sejak bisa bawa kendaraan sendiri, istrinya jadi mandiri, kemana-mana bisa tanpa harus ditemani lagi. Seandainya tidak kata si Anu itu, mungkin istrinya masih bergantung padanya.
Cerita berakhir, hening….
“Jadi bagaimana Pa? jadi beli motor?” godaku
“Tidak lagi” kata Pap Nay dengan tegas
“Nanti ditinggalkan juga sama istriku” lanjutnya dengan suara yang sangat pelan, hampir tidak tertangkap telinga.
Hahaha (sambil dalam hati teriak-teriak hore menang!)
Suami saya memang tidak pandai merayu, tapi saat-saat begini, tingkah lakunya lebih manis dari gulali.
Yah gagal deh dapat motor baru ^_^
Itulah cerita momen romantis yang tidak terlupakan di bulan Oktober, penting diabadikan karena jarang terjadi :D Tulisan ini diikutkan dalam Irawati Hamid First Giveaway “Momen yang Paling Berkesan & Tak Terlupakan.
Dear Mba Ira, Selamat ulang tahun untuk dirimu dan blognya, semoga dua-doanya berumur panjang, Mba Ira sukses dan blognya juga sukses. Amin
persis kayak suamiku yang jarang untuk mengakui sayang atau sekedar bilang cantik kalau aku yang nanya wkwkwk..lah iya nanyanya begini : yah aku cantik kan mirip Laudya Cintia Bella lalu hening dan melirik :D
BalasHapusGudluck y mba GA-nya pengen ikutan deh laaahh
Mirip kok :D
HapusJadi terharu.
BalasHapusPap Nay itu sebenarnya romantis, lo.
Romantis dengan caranya sendiri. Jangan lalo megharap beliau romantis seperti mau ta'.
Biarkan suami ta' berkembang. Eh :D
Iye romantis sekali mi kalo beginiki xixixi
HapusHaha itu kayak saya. Jadi sering bepergian sejak ada motor. Tapi mudah mudahan gak sampai lalai urus suami.
BalasHapusKl sy sih masih nyaman dibonceng mba, soalnya masih takut jatuh :D
Hapushehehe... jadi ikut senyum2. Saya juga tergantung banget sama suami. kemana2 dianter, karena gak boleh bawa motor sendiri, ngeri katanya
BalasHapusSama ya kita, padahal waktu masih gadis mandiri sekali...kemana-mana naik ojek xixixi
HapusKyahhh mbak.e, ini tipe suaminya milik seseorangku, kalau ditanya sayang apa nggak, selalu aja ngalihin pertanyaannya. Dia juga tipe yg ga romantis, *ikut angkat tangan. xoxoxoxo
BalasHapusSemoga sakinah mawaddah warahmah terus yah mbak keluarganya :D :-)
Salam kenal..
Cie..cie..seseorang ya..segera ditantang mba someone nya hehehe
Hapusahahay, romantis Mba :)
BalasHapussaya pun sama seperi Mba Islah, tidak pintar bawa motor dan kemana-mana diantar suami/adik. beberapa kali pernah belajar naik motor tapi tidak bisa-bisa dan akhirnya suami nyerah dan bilang "ya udah biar saya saja yang antar kemana-mana"
Hihihi tos mba ira
HapusKita samaan kak Nur. Sejak jatuh dari motor, udah ga pernah berani lagi bawa motor sendiri. Jd suami senantiasa setia nganter-nganter ke manapun saya perlu. Kalo suami pas lg gak bisa, kendaraan umum adalah penyelamat. Hehe..
BalasHapus