Seekor kucing kami temukan meringkuk di teras rumah, kondisi badannya kucel, kumal, dan kurus. Dia mengeong lapar. Awalnya saya mengira cukup diberi makan, dia pasti akan pergi. Ternyata setelah kenyang, dia tetap saja meringkuk di tempatnya. Diusir berapa kalipun, dia tidak mau pergi, malah sembunyi. Rupanya kucing ini tidak berani meninggalkan halaman rumah, karena seekor kucing besar selalu mengintainya sepanjang waktu. Setiap kali si kucing kecil keluar pagar, dia akan segera dikejar oleh si kucing besar.
Setelah dua tiga kali diberi makan, kucing ini semakin tidak mau pergi. Anak-anak juga sudah terlanjur akrab dengannya. Jadi ya sudahlah, dengan ancaman sekali saja dia buang kotoran di dalam rumah, dia harus angkat kaki. Sebabnya saya mengancam demikian, karena rumah kami dari awal tidak bisa bersih benar, dibersihkan sejam, pecah lagi dalam sekejap, jika ditambah lagi bau pesing kencing kucing, bisa jadi rumah tidak terlihat seperti kapal pecah lagi, tapi bangkai kapal.
Ternyata kucingnya paham juga dengan ancaman itu, sadar diri akan dibuang kalau serampangan buang air, dia malah mengubah pot bunga saya jadi jambangnya…hiks
Jadi begitulah, kucing liar yang kami temukan ketakutan di teras rumah sebulan yang lalu sah menjadi anggota keluarga Pak Idris (geli sendiri pas menulis bagian ini)
Seperti yang saya duga sebelumnya, kucing ini akan menjadi kesayangan anak-anak. Saking sayangnya, saya malah khawatir si kucing yang akan frustasi hidup bersama kami. Kucing diperlakukan layaknya boneka hidup saja. Kucing jadi jarang istirahat, dia digendong, dipeluk, diangkat-angkat, dikejar-kejar, dioper-oper oleh Kakak Naylah dan Adek Rayyan. Saya sering kaget dengan perlakuan dua bocah ini, kadangkala si kucing tiba-tiba mengeong histeris, ternyata Adek sedang mengangkat kucing itu dengan cara mencubit bagian kulitnya saja. Tapi ajaibnya, walau kesakitan kucing itu tidak berani mengcakar Adek.
Walaupun begitu, tidak selalu juga dia terlihat malang. Saya sering melihat si kucing santai di pangkuan Naylah, dia duduk layaknya manusia sambil menonton TV. Dia juga bebas hilir mudik masuk ke dalam rumah. Main dengan anak-anak. Tapi ya tetap dengan peringatan awal, tidak boleh buang air di dalam rumah.
Setelah sebulan hidup bersama si putih ini, dia sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Cuma ada satu sifatnya yang agak menjengkelkan. Karena sifatnya ini saya memanggilnya “La Cingkang”.
Di suku Bugis. Kalau kamu menemukan orang sangat pemilih, disajikan ikan mintanya ayam, disajikan ayam minta daging sapi. Atau dia enggan memakan apa yang dihidangkan, atau lagi dia memang pemilih dalam segala hal, dia merasa tidak layak dengan suatu hal karena merasa lebih mulia, maka dia disebut “macingkang”. Kalau diistilahkan ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira maknanya serupa kata “congkak”.
Nah kucing ini congkak luar biasa.
Coba bayangkan, diberi nasi campurtulang ikan, dia memakannya sambil “memancing”. Ikannya dimakan, nasinya dia sisa, setelah itu dia mengeong-ngeong lagi minta tambah. Saya pernah kasih dia kepala ikan, memang sih ikannya dimasak kemarin, rasanya sudah tidak sesegar kemarin, tapi masih bisa dimakan, belum basi benar, eh tidak mau dia makan. Astagafirullah congkaknya.
Dia sangat suka ikan mentah. Waktu pesta La Cingkang adalah saat saya baru tiba dari pasar. Ketika belanjaan diletakkan, ikan-ikan dibersihkan, dia akan mendekat dan memakan semua jeroang ikan, mulai dari usus sampai hati ikan, tidak akan dia sisa sedikitpun. Kucing rumahan yang lain biasanya akan muntah kalo makan jeroang, dia malah senang, sampai ngumpet makan kalo disuguhkan jeroang.
Soal berburu binatang, La Cingkang lumayan jago. Saya pernah mendapatkan tikus mati hasil terkamannya, tapi dasar sifatnya yang cingkang, dia tidak memakan hasil buruannya itu, hanya leher tikus itu saja yang hampir putus. Dia juga sudah pernah membunuh kadal, hanya dicakar-cakarnya saja, setelahnya dia memberikan kami PR membuang bangkai kadal yang dia bunuh.
Setelah mengetahui kecingkangan dia, saya mulai membiasakannya makan nasi. Mau dia makan atau tidak, saya tetap mencampur nasi dan ikan di piringnya. Biasanya dia akan memilih ikannya dulu dan membiarkan nasi tetap di piring. Setelah itu mengeong-ngeong minta tambah lagi. Saya biarkan dia mengeong sampai lelah, akhirnya dia balik lagi ke piringnya.
Dibalik kecingkangannya itu, La Cingkang tetap kami sayang. Soalnya selain penurut, dia cantik ternyata. Ada empat totol hitam unik berjejer di bagian atas badannya. Matanya jernih dan menggemaskan, bulunya juga putih bersih. Ini fotonya sedang dipangku Kakak Naylah, cantik kan?
Parepare, 07 12 2015
Nur Islah
Setelah dua tiga kali diberi makan, kucing ini semakin tidak mau pergi. Anak-anak juga sudah terlanjur akrab dengannya. Jadi ya sudahlah, dengan ancaman sekali saja dia buang kotoran di dalam rumah, dia harus angkat kaki. Sebabnya saya mengancam demikian, karena rumah kami dari awal tidak bisa bersih benar, dibersihkan sejam, pecah lagi dalam sekejap, jika ditambah lagi bau pesing kencing kucing, bisa jadi rumah tidak terlihat seperti kapal pecah lagi, tapi bangkai kapal.
Ternyata kucingnya paham juga dengan ancaman itu, sadar diri akan dibuang kalau serampangan buang air, dia malah mengubah pot bunga saya jadi jambangnya…hiks
Jadi begitulah, kucing liar yang kami temukan ketakutan di teras rumah sebulan yang lalu sah menjadi anggota keluarga Pak Idris (geli sendiri pas menulis bagian ini)
Seperti yang saya duga sebelumnya, kucing ini akan menjadi kesayangan anak-anak. Saking sayangnya, saya malah khawatir si kucing yang akan frustasi hidup bersama kami. Kucing diperlakukan layaknya boneka hidup saja. Kucing jadi jarang istirahat, dia digendong, dipeluk, diangkat-angkat, dikejar-kejar, dioper-oper oleh Kakak Naylah dan Adek Rayyan. Saya sering kaget dengan perlakuan dua bocah ini, kadangkala si kucing tiba-tiba mengeong histeris, ternyata Adek sedang mengangkat kucing itu dengan cara mencubit bagian kulitnya saja. Tapi ajaibnya, walau kesakitan kucing itu tidak berani mengcakar Adek.
Walaupun begitu, tidak selalu juga dia terlihat malang. Saya sering melihat si kucing santai di pangkuan Naylah, dia duduk layaknya manusia sambil menonton TV. Dia juga bebas hilir mudik masuk ke dalam rumah. Main dengan anak-anak. Tapi ya tetap dengan peringatan awal, tidak boleh buang air di dalam rumah.
Setelah sebulan hidup bersama si putih ini, dia sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Cuma ada satu sifatnya yang agak menjengkelkan. Karena sifatnya ini saya memanggilnya “La Cingkang”.
Di suku Bugis. Kalau kamu menemukan orang sangat pemilih, disajikan ikan mintanya ayam, disajikan ayam minta daging sapi. Atau dia enggan memakan apa yang dihidangkan, atau lagi dia memang pemilih dalam segala hal, dia merasa tidak layak dengan suatu hal karena merasa lebih mulia, maka dia disebut “macingkang”. Kalau diistilahkan ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira maknanya serupa kata “congkak”.
Nah kucing ini congkak luar biasa.
Coba bayangkan, diberi nasi campur
Dia sangat suka ikan mentah. Waktu pesta La Cingkang adalah saat saya baru tiba dari pasar. Ketika belanjaan diletakkan, ikan-ikan dibersihkan, dia akan mendekat dan memakan semua jeroang ikan, mulai dari usus sampai hati ikan, tidak akan dia sisa sedikitpun. Kucing rumahan yang lain biasanya akan muntah kalo makan jeroang, dia malah senang, sampai ngumpet makan kalo disuguhkan jeroang.
Soal berburu binatang, La Cingkang lumayan jago. Saya pernah mendapatkan tikus mati hasil terkamannya, tapi dasar sifatnya yang cingkang, dia tidak memakan hasil buruannya itu, hanya leher tikus itu saja yang hampir putus. Dia juga sudah pernah membunuh kadal, hanya dicakar-cakarnya saja, setelahnya dia memberikan kami PR membuang bangkai kadal yang dia bunuh.
Setelah mengetahui kecingkangan dia, saya mulai membiasakannya makan nasi. Mau dia makan atau tidak, saya tetap mencampur nasi dan ikan di piringnya. Biasanya dia akan memilih ikannya dulu dan membiarkan nasi tetap di piring. Setelah itu mengeong-ngeong minta tambah lagi. Saya biarkan dia mengeong sampai lelah, akhirnya dia balik lagi ke piringnya.
Dibalik kecingkangannya itu, La Cingkang tetap kami sayang. Soalnya selain penurut, dia cantik ternyata. Ada empat totol hitam unik berjejer di bagian atas badannya. Matanya jernih dan menggemaskan, bulunya juga putih bersih. Ini fotonya sedang dipangku Kakak Naylah, cantik kan?
La Cingkang |
Parepare, 07 12 2015
Nur Islah
Semua anak suka kucing ya. Di rumahku ga piara kucing, tp ada aja yg di bawa sama.anak2...entah dr mana. Di ksh makan, trus dilepas lagi.
BalasHapusdi sekitar rumah saya banyak kucing liar, tapi agak serem, bodynya besar-besar. Kalo la cingkang imut, jadi anak2 pada suka hehehe
HapusDi rumah saya juga ada kucing yg setiap hari kami beri makan. Kami memeliharany sejak kecil, ceritanya mirip dengan La Cingkang. Kami kasih nama si Ncan kucing pincang yg cantik. Sekarang Ncan sedang hamil.
BalasHapusSalam kenal ya Mak :)
salam kenal juga mak. di kasih nama Ncan karena pincang ya
HapusWaah semoga la cingkang ngk buat ulah dan si membuat rumah betah untuk menampungnya...
BalasHapusKucing saya namanya Tebi. Dia udah di didik sm papa sejak kecil agar tdk buang kotoran dirumah dan jika ada tamu mesti sopan dn tdk mempermalukan tuan rumah.. hhhehe
wah Tebi bisa sopan! semoga La Cingkang bisa kayak Tebi ya
HapusAkupun sekarang punya anak asuh baru mak....namanya Snowy (abis bulunya putih semua) kucing kecil (bayi) itu ditemukan sama mas Aufa di jalan. Ya sudahlah...aku ijinkan anak-anak melihara dia, dengan catatan harus bertanggung jawab kalo si Snowy pipis ato pub. Hehe...alhamdulillah anak-anak bertanggung jawab..
BalasHapusmemiliki piaraan memang bagus juga ya mak buat melatih anak bertanggung jawab, mudah2an 2 bocilku bisa juga.
HapusNama kucingnya kanza si puput, warnanya putih tapi sayang suka di kejar dan digigit sama kucing lain, mungkin doi jeles kali,,
BalasHapussamami ini la cingkang, diintai terus kasian sama kucing lain
Hapuskayak anak2 saya mba, ada kucing nyasar ke rumah, dikasih makan sama mbahnya anak2, jadi menetap deh... dan kucing dijadikan teman bahkan mainan anak2
BalasHapuslebih baik gitu kali ya mba, daripada beli kucing, makananan kucing peranakan juga mahal hehehe
HapusKebayang frustrasinya dimainkan sama kakak dan adik hehehe
BalasHapusBtw, Mak Mira Sahid mau datang ke Makassar utk Arisan Ilmu. Cheeqa Rahmat dan Vita Masli yang mengurus pelaksananaannya nanti. Kira2 tgl 26 Desember. Bisa ki'?
kalo tidak ada aral melintang, mungkin ke Makassar ja kak tgl segitu
Hapussetiap ucapan kan doa mba, baiknya namanya jangan lacingkang. :)
BalasHapustapi bener lho kucing sekarang itu jarang bangget makan tikus buruannya.
sudah terlanjur dipanggil la cingkang sama anak2 xixixi
Hapushallo meonggg, sekarang sudah punya tuan lagi ya, namanya lucu la cingkang
BalasHapusKl plg kantor..sy jg kadang geli sendiri nyapa dia "Hi Cingkang"
HapusAduh mbak kalau saya ngomongin kucing itu selalu pengen buru buru nyentuh kucing dan dirumah saya juga ada 2 kucing tapi sudah besar semuanya jadi sudah pada gede gede.
BalasHapus