Kampung Penyu terletak di Dusun Tulang, Desa Barugaiya, Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar. Letaknya cukup strategis karena jaraknya terbilang dekat dari pusat ibu kota Selayar. Jenis tempat yang bisa dikunjungi kapan saja tanpa perlu persiapan yang terlalu banyak. Selain dekat, rute ke destinasi tersebut juga mulus tanpa ada rintangan.
Setelah melewati jalan utama dari arah Benteng, Gerbang Kampung Penyu akan terlihat disebelah kiri jalan. Mobil akan melalui jalan kecil berbeton dan melewati pepohonan kelapa yang tinggi semampai. Sayang sekali tidak ada tempat parkir khusus ditempat ini, mobil diparkir dibawah pohon kelapa yang jika buahnya jatuh riskan mencederai kendaraan. Karcis masuk ditagih oleh sekumpulan anak kecil yang berjaga disitu.
Yang itu mobilnya orang, mobil tuaku tersembunyi dibelakang xixixi |
Setelah parkir dan bayar tiket masuk, pengunjung berjalan sekitar 100 meter menuju kepantai. Mata langsung disuguhi keindahan tanaman mangrove yang sepertinya sengaja ditanam.
Terdapat puisi Titah Penyu yang cukup mencolok mata ketika memasuki bangunan penangkaran penyu. Sepertinya ini ditulis oleh kapolres Selayar yang juga mendukung aksi penyelamatan penyu ini. Kebetulan saat saya kesini, Daeng Datu sedang menjelaskan kepada pengunjung asal muasal berdirinya penangkaran ini, karena tidak sadar kalau orang itulah yang memprakarsai tempat ini, saya tidak mengambil gambar bersama dengan Daeng Datu. Saya baru sadar setelah melihat fotonya diinternet setiap searching di google dengan kata kunci “kampung penyu”.
Menurut cerita Daeng Datu, penduduk sekitar memang sudah lama melakukan aktifitas berburu telur penyu. Kemudian muncullah ide, bagaimana jika sebagian hasil buruan dibeli dan dinetaskan untuk menjaga kelestarian penyu. Dibuatlah lubang untuk menyimpan telur-telur penyu. Juga disiapkan kolam-kolam untuk memelihara penyu sampai mereka dianggap bisa survive di lautan. Akhirnya usaha penangkaran ini didukung oleh berbagai pihak, dan belakangan malah menjadi salah satu ekowisata yang sering dikunjungi wisatawan.
Jenis penyu yang sering bertelur di Kampung Penyu adalah jenis Leatherback sea turtle. Jenis penyu ini merupakan terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Pantaslah ketika saya menanyakan kapan penyu Leatherback dilepas, Daeng Datu menjawab butuh belasan tahun merawatnya. Foto dibawah ini adalah foto anak Leatherback sea turtle.
Selain melihat dengan mata kepala sendiri bentuk penyu itu bagaimana. Maklum, di Soppeng tanah kelahiran saya tidak ada laut, cuma sering melihat reptil sebangsa penyu, yaitu kura-kura. Setelah melihat langsung pertama kali, rasanya senang sekali. Sebisa mungkin Naylah saya suruh mengamati penyu-penyu itu, tapi dia melihatnya sebentar saja, dia lebih tertarik main pasir dan air.
Penyu-penyu di penangkaran bisa diadopsi dengan membayar Rp.20rb per penyu. Mengadopsi berarti kita memiliki kesempatan untuk melepaskan sendiri penyu-penyu itu. Penyu-penyu ketika dilepaskan seperti tahanan yang lepas dari penjara, atau seperti ikan yang melihat air. Mereka akan berlari secepat mungkin dengan kaki-kaki mungilnya. So cute!! Lihat video dibawah ini. Ayah 2 orang anak ini membeli masing-masing 1 penyu untuk anaknya. Ketika penyu sudah berada di laut, anaknya tidak rela sama sekali. Sebenarnya mau juga mengadopsi untuk Naylah, tapi dia terlalu sibuk main air dilaut.
Karena kami berangkat ke kampung penyu ketika matahari sudah tinggi, panasnya cukup menyengat, tapi panas tidak menghalangi anak-anak bermain. Enjoy kids!! sebelum kamu memasuki masa dimana kamu takut menjadi hitam legam.
Parepare, 04 Agustus 2015
Nur Islah
waha sik ya, pantai selalu indah dan kegiatan ini juga sangat menarik, meletarikan penyu agar tak punah
BalasHapusKereeeenn........ lucu lucu pula penyu keclnya. bisa juga buat ngedukasi anak biar cinta lingkungan dan merawatnya. tapi sayang jauh dari tempat saya.
BalasHapusIya ya, mdh2an tempat penangkaran sejenis semakin banyak diindonesia
BalasHapus