Hari ini aku puasa. Puasa hari ini untuk mengganti puasa Ramadan tahun lalu yang batal karena haid. ntah kenapa puasa hari sangat berat dari biasanya. Hari masih begitu pagi, panas pun tidak terlalu terik. Aku kerja seperti biasa. Kantor tidak begitu ramai. Hanya ada ruangan kosong yang diisi beberapa orang teman. Beberapa kali musik berganti dari lagu yang satu kelagu yang lain. Penyanyi mendendangkan lagu yang asyik, lagu-lagu lawas yang dulu populer, ringan dan menghibur.
AC kantor menyejukkan ruangan seperti biasa, fannya melambai-lambai. Seharusnya suasana hatiku juga sejuk. Tapi tidak, puasa kali ini berat.
Jam 9 pagi. Tenggorokanku kering sekali. Gelas yang disediakan office boy masih berdiri kosong dalam keadaan tertutup, tepat didepan mataku. Gelasnya berdiri kokoh menantang. Setan-setan mengelilingiku.
Setan membujuk dengan perlahan “Ayo bos ambil gelasnya”
Aku memang merasakan tenggorokanku sakit mencekat.
Setan melanjutkan “ Bos, kering sekali bibirmu, wajahmu terlihat pucat, minum sajalah”
Aku mengingat-ingat kejadian subuh tadi. Aku bangun jam 3 dini hari, melakukan sholat isya sekaligus sholat malam dan witir. Sebenarnya kebiasaan ini sudah ditegur oleh Murabbiku, tapi masih sering kulakukan, rasanya susah sekali bangun sholat tahajjud jika tanpa terbebani isya.
Aku makan sahur hanya nasi dan telur ceplok, itulah yang paling gampang kusiapkan. Menggoreng ikan yang masih membeku dikulkas sepertinya tidak mungkin. Aku minum 1 gelas air mendekati azan. Ah, rasanya itu sudah cukup.
Suara setan berdengung-dengung tetap saja menyuruhku minum.
“Mumpung masih pagi bos, puasanya besok aja”
Ntah kenapa aku semakin dahaga saja, tenggorokanku serasa sekering sahara, panas dan membuat sesak. Napasku kembang kempis menangkis ajakan setan.
Sekarang aku membayangkan pecel lele di restoran baru dekat tempat karaoke Inul Vista, kemarin aku lihat gambarnya kelihatannya enak. Juga kubayangkan sate ayamnya yang berlumuran kacang tanah yang lezat.
"yaela si Bos pake mikir lama, ayo bos kita meluncur kesana, suami bos kemarin baru gajian, setoran masih anget didompet"
Huffff... aku menarik nafas panjang dan istigfar.
“Enyah kau setan, aku bukan orang sehina itu yang gampang kau bujuk hanya karena masalah haus dan lapar”
Setan agak menjauh kali ini. Mungkin memanggil temannya yang lebih kuat.
Aku mencoba melanjutkan pekerjaan yang tadi tertinggal. Lagu-lagu yang diputar teman masih saja mengalun. Lagu Michael learn to rock mengalun ringan, aku kadang ikut berdendang.
Jam dilaptop sekarang menunjukkan pukul 10.12
“Bos…” sapa setan
“what??kau datang lagi”
“Bos, sudah jam 10 bos, bentar lagi siang”
Tutttt …tuttt…
Telpon suamiku masuk.
“sibuk ma?” sapa suami tercinta
“Hmmm tidak juga pa?kenapa?”
“ntar siang saya kekondangan ya, hari ini acaranya Rudi” kata suamiku semangat
“bos, batal aja bos, acara makan-makan gratis nih, bisa batal lho kalo ada undangan sodara semuslim”
Setan interupsi ketika melihat kesempatan.
Aku abaikan dia. Kata siapa bisa batal, itu untuk puasa sunnah saja, sekarang saya lagi puasa wajib.
“lho bukannya besok?” tanyaku heran
“ooow besok ya? Iya saya lupa rabu dia menikah”
Suamiku menutup telepon.
Aku melanjutkan kerja, masih dengan tenggorokan yang semakin terasa kering saja. Setan menjaga jarak denganku.
Mengingat-ingat setan yang selalu bersemayam dihati manusia. Aku jadi tidak rela membiarkannya menang. Tidak, tidak untuk kali ini. Tidak untuk prajurit kerdil yang diutusnya kali ini. Manusia berakal-lah yang seharusnya menang.
Aku mantap sekarang, kuatkan hati tidak akan terbujuk setan. Kumantapkan hati, kujauhkan pikiran akan berbuka, kujauhkan pikiran akan batal puasa. Mendadak tenggorokanku pelan-pelan tapi pasti lebih terasa sejuk, hilang sudah kekeringan yang tadi mengganggu. Bernafas lebih teratur, dan hati lebih tenang.
Begitulah…Setan mendekat dikala lengah, mengoyang jiwa yang ragu.
Nur Islah
Parepare, 02 Juni 2015
Sampaiji puasanya mak?
BalasHapushaha bah
HapusMasya Allah yaa... didunia saja udah kerasa pertolongan Alla itu bisa datang khusus untuk kita saja tanpa org lain melihat, Kesabaran yang berbuah...
BalasHapusbetul mak, makasih dah mampir
Hapussegala upaya ya mak. seringnya kita kalah. trus menyesal. tapi berikutnya kalah lagi. perjuangan tiada henti di kedua belah pihak.
BalasHapussemakin manusia gigih semakin gigih pulalah setan. thanks ya dah mampir
BalasHapus