Kakak Naylah dan adik Ayyan bisa dibilang kakak adik yang bersahabat sebenarnya. Mereka selalu bermain bersama. Kalau salah satunya tidak di rumah, pasti mereka saling merindukan. Adek selalu senang menyambut kakaknya yang baru tiba dari sekolah. Begitupun sebaliknya, Naylah bahkan tidak suka kalau adeknya tidur siang, tidak ada teman main kalau adek tidur kata dia. Tapi namanya anak-anak, di tengah permainan pasti selalu saja bertengkar. Pertengkaran inilah yang menjadi salah satu hal yang bisa bikin saya bad mood. Suara tangisan, rengekan, teriakan saat mereka bertengkar benar-benar bisa membuat tekanan darah naik drastis.
Bahan Pertengkaran
Karena masih berumur 5 thn dan 2 tahun, pertengkaran masih seputar 3 hal ini; rebutan barang/mainan, rebutan channel TV, dan rebutan pelukan.
Mainan yang tadinya tergeleletak saja di lantai, jika dipegang Naylah, pasti akan diminta oleh adeknya. Kemarin-kemarin, ketika adek masih berumur 1 tahunan, Naylah masih mau mengalah, alasan adek masih bayi masih mempan. Tapi sekarang tidak lagi, dia sudah komplain kalau semua yang di tangannya direbut adek. Padahal barang-barang yang diperebutkanpun kadang bukan mainan, kadang hanya memperebutkan tutup galon air, batang kayu, sobekan kertas, dan hal-hal remeh lainnya.
Pilihan tontonan juga bisa membuat drama. Kakak yang sudah mulai besar sudah bosan dengan Masha and the Bear, sedangkan adek sebaliknya, dia sangat suka. Untungnya di rumah ada dua TV, kalau benar-benar sudah tidak bisa terbujuk salah satunya, TV yang satunya masih bisa menolong. Tapi masalah lain muncul lagi, kakak merengek lagi tidak ada yang menemani dia nonton..alamak!
Nah soal pelukan, ini biasanya terjadi di malam hari menjelang tidur. Masing-masing mau dipeluk mama. Masalahnya adalah adek punya kebiasaan kalau mau tidur harus pegang telinga seseorang. Supaya keinginannya itu tercapai, saya harus mengatur posisi dengan benar supaya tangan adek bebas memegang telinga. Jika sudah demikian kakaknya komplain lagi “Naylah ndak pernah dipeluk, adek saja!!”. Kalau sudah begini, biasanya adek diambil bapaknya supaya Naylah kebagian pelukan. Atau kalau tidak, saya berbaring di antara kakak adek.
****
Soal pertengkaran antar saudara ini sebenarnya lazim dilakukan oleh anak-anak. Wajar saja karena seperti orang dewasa, merekapun punya keinginan, punya ego masing-masing. Malah menurut para ahli, jika anak cenderung selalu nurut dan mengalah itu yang tidak wajar. Anak-anak yang demikian biasanya akan kehilangan identitas diri. Tapi pertengkaran antar anak juga tidak bisa dibiarkan jika salah satu anak sudah melakukan kekerasan fisik (misalnya: memukul, melempar barang).
Michelle Kennedy, seorang penulis dan kolumnis masalah perkembangan anak memberikan beberapa tips yang sering dia praktekkan kepada keempat anaknya menyangkut pertengkaran sesama saudara:
1. Perlakuan yang berbeda
Membelikan mainan yang sama untuk anak-anak untuk menghindari rebutan memang efektif mencegah terjadinya saling rebut, tapi ternyata tindakan tersebut tidak praktis untuk jangka panjang. Sebaiknya membelikan anak mainan berbeda sesuai pilihan mereka dan mulai mengenalkan konsep hak milik.
Konsep hak milik harus diperkenalkan kepada anak sejak dini. Misalnya mainan boneka kakak adalah punya kakak, disimpan dan dirawat oleh kakak, jika adek mau main boneka, harus minta izin kepada kakak. Begitupun sebaliknya, kakak harus meminta izin kepada adek jika mainan adik mau dipakai. Sayangnya point ini belum bisa saya praktekkan ke Adek Rayyan, dia belum terlalu mengerti penjelasan mengenai hak kepemilikan.
2. Siapa paling disayang?
Saya juga sering mendapatkan pertanyaan dan kalimat komplain menyinggung soal “sayang” dari Naylah.
“Kenapa adek terus yang dikasih senang, Naylah tidak?”
“Kenapa adek selalu rebut mainan Naylah, Naylah tidak pernah rebut mainan adek” (padahal sering juga)
“Kenapa adek terus yang dibujuk, bukan Naylah?”
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sekali-kali saya meluangkan waktu berduaan dengan si Kakak. Dan setiap saat rajin mengatakan kalimat sayang kepada mereka (baca:
Sayang dan Maaf)
3. Kurangi pembandingan
Dimana-dimana ahli pskologi pasti menyarankan hal ini, tidak boleh membanding-bandingkan anak.
Nilai matematika si sulung kok bagus? Kenapa nilai matematika adek tidak pernah bagus?adek kok lebih pintar menggambar? Kenapa gambar kakak selalu jelek? Tentu saja berbeda, mungkin si sulung memang suka matematika, wajar jika nilainya bagus. Mungkin si adek sukanya seni, ya jangan dipaksa menyukai matematika misalnya. Lagipula banyak factor pemicu menyangkut kemampuan anak, bisa jadi pemicu dari guru yang tidak friendly, dari lingkungan yang kurang mendukung pelajaran tersebut.
Hal ini berlaku pula dengan Naylah dan adeknya. Dalam hal-hal kognitif Naylah selalu duluan dibandingkan adeknya. Naylah mengenal semua warna sebelum 2 tahun, adiknya umur hampir 2 tahun setengah belum juga tahu warna. Tapi dalam hal lain adek lebih unggul, adek bisa minta pipis di umurnya yang sekarang, kakaknya mandiri pipis di umur yang lumayan telat.
Sangat wajar anak-anak berbeda walaupun dilahirkan oleh ibu yang sama. Tidak perlu dibandingkan apalagi sampai anak-anak tahu dirinya dibanding-bandingkan, hal inilah yang bisa memicu pertengkaran antar sesama saudara
4. Dengarlah cerita dari kedua pihak
Biasanya kakak atau adek akan berlarian secepatnya mengadukan perbuatan saudaranya kepada ibu. Sebaiknya dengarkan kedua belah pihak apa permasalahan yang terjadi. Jika masalahnya cuma sepele, misalnya soal rebutan chanel TV, cukup mematikan TV saja masalah sudah beres. Tapi jika sudah mulai saling menyerang, memukul, atau mengejek, berikanlah hukuman. Trik dari Michelle, dia memberikan hukuman dengan melarang anak-anaknya bermain sepanjang hari, melarang mengobrol atau melakukan apapun bersama-sama. Namun, ternyata mereka saling merindukan dan terlihat sangat senang ketika masa hukuman berakhir.
5. Tanggal ganjil dan genap
Ini ide yang cukup menarik dan bisa ditiru dari Michelle. Rasanya bisa saya terapkan nanti pada Naylah dan adek Ayyan.
Idenya begini: misalnya Naylah berulang tahun tanggal 30 (genap) sedangkan adiknya ulang tahun tanggal 15 (ganjil). Nah setiap tanggal genap Naylah boleh memilih acara TV, tempat bermain, mainan, dll yang dia sukai. Sedangkan adeknya harus mengalah. Supaya tidak saling iri kepada saudara yang sedang “berulang tahun”, yang “berulang tahun” juga wajib mengerjakan tugas-tugas rumah yang paling berat, misalnya mencuci piring setelah makan malam. Begitupula sebaliknya, hal yang sama akan berlaku jika Adeknya sedang merayakan tanggal ganjil.
Sayang sekali sepertinya trik ini belum bisa saya berlakukan sekarang karena mereka masih kecil, mungkin beberapa tahun ke depan setelah adek mengerti diberi tanggung jawab.
6. Canda hampir menyembuhkan semua luka
Menciptakan suasana menyenangkan setelah pertengkaran akan menyembuhkan luka. Main hujan, saling menciprat air, bermain lumpur membuat anak-anak melupakan pertengkaran yang baru saja terjadi. Malah bisa jadi ibunya akan kaget setelah bermain, mereka bisa lebih saling menyayangi satu sama lain.
7. Minat yang berbeda
Kegiatan anak-anak tidak harus selalu bersama. Cobalah untuk mengembangkan minat anak yang beragam dan doronglah kepribadian mereka. Orang tua bisa melakukan kegiatan berbeda untuk setiap anak. Misalnya memasak bersama kakak dan menggambar bersama si adik.
8. Kerja Tim
Di kala anak-anak sedang bermusuhan, suruh mereka melakukan tugas bersama-sama, misalnya menyapu halaman, melap kaca jendela. Dengan bekerja tim, hubungan antar keluarga semakin erat, dan diharapkan semakin bertambah erat seiring usia mereka sampai mereka meninggalkan rumah kelak.
9. Waktu keluarga
Kerjakan kegiatan bersama-sama layaknya sebuah keluarga. Makan malam bersama, sebaiknya tidak terpisah-pisah, anak di depan TV, bapak-Ibu di meja makan (PR banget ini). Usahakan membuat ritual rutin keluarga, misalnya setiap weekend piknik bersama, atau saat ada anak yang berulang tahun, semua anggota keluarga yang lain harus menulis tentang hal-hal yang disukai anak yang sedang berulang tahun. Atau melakukan hal-hal lain yang bisa semakin mempererat rasa persaudaraan antar saudara.
10. Atasi sendiri atau dibuang?
Biasakan berkata kepada anak “kalian punya 1 menit untuk memutuskan” setiap kali mereka merebutkan sesuatu, kemudian tinggalkan mereka. Jika tidak ada yang mau mengalah dan tetap bertengkar, ambil mainannya dan singkirkan (bisa di sembunyi di tempat yang tak terlihat oleh anak). Anak harus tahu ibunya serius dan tidak ragu-ragu, apalagi berubah pikiran karena rengekan. Jika sudah terbiasa dengan metode ini, anak akan selalu berusaha mengatasi sendiri pertengkarannya.
11. Hati-hatilah pada hal besar
Pertengkaran antar saudara memang lumrah, tapi jika sudah mulai melakukan kekerasan fisik, kasar, menyerang saudaranya, segeralah mengambil tindakan. Mereka harus dilerai dan dihukum. Hukumannya bisa berupa larangan atau membatasi kesenangannya.
****
Note:
Beberapa trik sudah saya laksanakan, beberapa belum bisa. Anak-anak masih sering juga bertengkar. Seperti pepatah, Roma tidak dibangun dalam semalam, tentu mustahil mengharapkan anak-anak menjadi kalem dan selalu akur secara tiba-tiba.
Baca juga Tips Mengatasi Anak Yang Mimpi Buruk