Nah mengenai “tidak banyak pikiran dan menikmati hidup” ini
agak susah aku dalami dan pahami. Beberapa orang yang kutemukan “awet tuanya”,
kenapa istilah awet tuanya, karena sudah sejak kecil aku melihatnya berumur
setengah abad, saat itu aku merasa mereka sudah sangat tua, dan sampai sekarang, mereka
masih terlihat masih berumur setengah abad. Mereka memang terlihat “tidak banyak
pikiran”. Anak-anak mereka tumbuh dengan sendirinya, membesar dengan
sendirinya. Orang-orang yang “awet tuanya” ini tidak sibuk memikirkan sekolah
anaknya akan setinggi apa, tidak memikirkan besok harus makan apa. Mereka
terlihat enjoy saja tidur sepanjang hari dan tidak melakukan apa-apa.
Sering terbesit pikiran mau awet muda seperti mereka,
santai-santai tanpa harus memikirkan apapun. Tidur nyenyak tanpa perlu berpikir
tentang masa depan. Tapi sekali lagi, aku hanya bisa berdecak, kok mereka bisa
ya.
Aku coba uraikan, bagaimana ya orang bisa tenang tanpa
banyak pikiran. Disepanjang hari, tak henti otakku berputar, apa yang harus aku
lakukan supaya anakku bisa jadi orang kelak, aku harus mendukung mereka sekolah
tinggi untuk mencapai cita-cita mereka, apa yang harus aku investasikan,
bagaimana caranya, menyisihkannya berapa. Itu masih seputar sekolah dan masa
depan anak-anak. Kepalaku juga tidak bisa tenang dari bagaimana menjaga
behavior mereka, bagaimana supaya mereka tidak rebutan, bagaimana supaya mereka
tumbuh menjadi anak yang sehat jiwa adan raga, fisik dan rohani. Makanan apa
yang baik untuk mereka.
Sekali lagi aku heran, masih ada orang yang bisa
menghilangkan pikiran-pikiran itu dari otaknya, dan enjoy aja menikmati hidup.
Ada uang hari ini, hari ini habis tanpa harus melakukan saving untuk besok
lusa.
Okay, mungkin aku salah persepsi saja tentang bagaimana
menjadi seorang awet muda yang enjoy dan menikmati hidup. Kurasa yang kudeskripsikan
tadi bukan orang yang menikmati hidup, tapi orang yang malas. Mudah-mudahan aku
bukan termasuk golongan itu.
#edisi menghibur diri setelah liat cermin#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis