Ketika anak pertama, aku hamil, melahirkan, dan mengasuh
bayi dengan pengetahuan yang sangat minim. Hidup berumahtangga di kampung
orang, tanpa ada Ibu, membuatku kebingungan dengan urusan seputar kehamilan dan
pascanya. Dan inilah yang sangat kusesali, karena kebodohanku pula, Naylah
tidak mendapatkan haknya sebagai anak, ASI exclusive.
Ketika Naylah lahir, aku mengalami baby blues. Mungkin
karena proses melahirkan yang sulit, aku bahkan tidak memiliki perasaan
exiciting untuk segera melihat bayiku. Dan ketika beberapa jam setelah
melahirkan, ketika bayiku akan kususui, sang bayi tidak mau dan lebih memilih
tidur sepanjang waktu. hari berlalu, badannya berubah kuning dan berat badan
turun dari 2,9 kg menjadi 2,7kg. Tentu saja aku panic, segera kuikuti saran
bidan untuk memberinya sufor, padahal ASIku melimpah. Dikemudian hari, baru aku
tahu kalau yang dialami Naylah itu masih wajar, dan tidak perlu diberi sufor,
seharusnya aku lebih telaten saja menawarinya ASI. Inilah yang paling kusesali
seumur hidupku. Kenapa dulu tidak setiap hari berusaha mencari tahu sebelum
melahirkan, kenapa dulu tidak mempersiapkan segala hal sebelum melahirkan.
Bagaimanapun kucari-cari alasan pembenaran, tetap saja tidak ada celah untuk
memaklumi kesalahanku. Aku yang salah. Titik.
Ketika hamil anak ke-2, aku tidak mau mengulang semua
kesalahan ketika mengandung anak pertama. Cukup sudah Naylah jadi korban
ketidaktahuanku. Aku mulai rajin browsing mengenai segala hal, apa yang harus
kumakan, apa yang harus kuhindari. Dibulan-bulan terakhir menjelang melahirkan,
mulai kupelajari teknik pernafasan dari you tube, aku melakukan senam,
menghapal apa yang harus kulakukan didetik-detik melahirkan nanti. Jauh-jauh
hari, semua kelengkapan bayi sudah kubeli. Dan pengetahuan tentang ASI sudah kupelajari.
Tekadku sudah bulat, kali ini harus ASI exclusive, dan harus 2 tahun. Walaupun ada kejadian harus bedrest dibulan
ke7 kehamilanku karena muncul flek, Allah masih menolong, aku berhasil
melahirkan normal, laki-laki, dengan berat 3,2kg.
Colostrum terhisap habis, dihari pertama, ASIku lancar,
anakku lahap meminum ASI. Dan perjuangan memberikan ASI exclusive dimulai.
Karena kurang menyukai susu khusus menyusui, aku
menggantinya dengan susu UHT, aku meminumnya liter perhari. Kata orang anak
laki-laki lebih “lahap” dari bayi perempuan, dan memang benar, aku menyusuinya
sepanjang malam, sampai lupa bagaimana rasanya berbaring lurus, posisi badan
selalu miring, kalau bukan kiri ya kekanan. Juga ada periode, dimana anakku
harus nenen sambil aku harus berdiri, bukan hanya berdiri, sambil aku berjalan
seakan dia berada diayunan. Jika aku sudah sangat lelah, dan aku mencoba duduk,
dia akan menangis sangat keras. Dibulan ke-3 aku sakit cacar, anakku juga
tertulari, dan proses menyusui tetap berjalan, penuh dengan air mata sakit dan
sedih. Sakit karena kondisi fisikku sangat lemah, cacarku lumayan parah,
seluruh badan dan wajah, dan pusat cacar ada didaerah dada. Sedih, karena
anakku juga mengalami hal yang sama, dia sangat rewel, karena sakit dan ASI
yang berkurang. Sekitar 2 minggu kejadian
itu, dan proses menyusui tetap berjalan.
Pasca cacar, aku harus masuk kantor. Meninggalkan anak
menjadi hal yang tersulit. Anakku tidak mau meminum memakai dot yang
berisi ASI perahan. Hunting dot
dimana-mana, semua merk sudah dicoba, anakku tetap menolak. Akhirnya dia
meminum ASIP dengan bantuan sendok. Badannya menurun drastis.
Dikantor aku memeras ASI sebanyak 2 kali, dan sempat pulang
menyusui anakku dijam istirahat. Dan
akhirnya setelah mencoba banyak merk, anakku mau mimu pakai dot yang bermerk
chicco. Aku lega. Akhirnya ASI exclusivenya lulus.
Beberapa bulan sejak menyusui, muncul benjolan dipayudaraku. Dokter kemudian menyarankan
operasi. Tapi Aku memutuskan dioperasi angkat benjolan tersebut saat anakku
berumur 7 bulan. Supaya dia tidak terlalu tergantung dengan ASI karena sudah
mulai makan bubur. Nginap dirumah sakit 1 malam, sambil tetap peras ASI.
Besoknya pulang, minta istirahat dirumah saja karena alasan ada bayi. Luka
bekas operasi lumayan lama sembuh, luka infeksi karena selalu kena ASI. Sampai
dipasangkan semacam alat mirip keteter bekas operasinya. Dan diperiode itu, aku
tetap menyusui anakku.
Zsekarang adek sudah berumur 14 bulan, masih doyan minum
ASI, dengan berbagai macam posisi, sambil nungging, sambil jongkok, sampai
bentuk payudara tidak karuan.
Alhamdulillah jarang sakit, diumurnya yang 14 bulan,
kedokter baru 1 kali, waktu cacar itu. Pernah beberapa kali badan demam ketika
tumbuh gigi saja. Kalau beringus, dia cepat pulih dengan sendirinya tanpa minum
obat. Rasanya semua perjuanganku menyusuinya, terbayar lunas melihatnya sehat
dan lincah.