Hmmm alangkah seringnya kami lupa bersyukur.
Seorang laki-laki, memakai kemeja kotak- hijau, masuk diruangan kantor, duduk depan meja temanku. Dia baru diterima kerja jadi sopir. Dia terlihat sangat ingin bekerja, wajahnya penuh pengharapan, seperti masa depannya pasti lebih cerah sejak hari ini. Entah dia kerja apa sebelumnya, mungkin serabutan, mungkin sopir angkot, atau mungkin pula pengangguran. Tapi dia kelihatan sangat bersemangat, membuatku ikut tersenyum melihat harapan yang membuncah dan terlihat jelas diwajahnya yang penuh senyum.
Rutinitas aku kekantor, 6 hari selama selama 6 tahun lebih. Pekerjaan menoton yang itu-itu juga setiap hari, seringkali membuatku eneg dan tidak berselera. Jika saat-saat itu datang, rasanya ingin berhenti kerja dan membiarkan diriku menikmati hidup. Tapi otak cepat tersentil, bagaimana menikmati hidup jika setiap tanggal 25 rekening tetap kosong melompong. Kukuburlah dalam-dalam keinginan berhenti kerja.
Kuhibur diri dengan menyenangkan diri setiap weekend, menonton film, membaca novel, bermain bersama naylah, membuat masakan favorit, dll. Cukuplah menghilangkan jenuh.
Melihat bapak berkemeja kotak-kotak ini, yang berusaha berpenampilan rapi dihari pertamanya, yang duduk malu-malu dengan wajah ceria penuh harapan, yang mungkin 6 tahun kedepan mengerjakan itu-itu saja, menjadi sopir diluar kota, meinggalkan anak istri, aku merasa lebih beruntung… sangat lebih beruntung.
Ahhh.. biasalah manusia, yang selalu lupa bersyukur
0 komentar:
Posting Komentar
Ada palekko ada kanse
Disantap dengan sambal cobek tumis
Leave any comment please
Yang penting tidak bikin penulis meringis